Oneshoot– When They Become Parents : My Everything

When They Become Parents : My Everything

 

.

.

.

 

Author : Alya Nirmala J.

 

.

.

.

 

Jakarta, 20 Juli pukul 05.00

“Good morning cinta” suara bisikan halus terdengar lembut ditelinga Chelsea. Sedikit ia terngiang, matanya terbuka dan irisnya menatap sosok lelaki yang terbataskan oleh seorang balita mungil yang tengah terlelap dalam bunga tidurnya.

Matanya berkedip sebelah, “Good morning too”balasnya pada Bagas, kekasih hidupnya itu.

Bagas tersenyum,  “Udah jam 05. Kamu gak siap siap nih?”Tanyanya.

Chelsea mengangguk, “Iya. Aku mau mandi nih, eh bangunin Talitha gak ya?”imbuh Chelsea.

“Lithaa, bangun sayang! Boboiboy udah tayang, kamu gak mau nonton nih?”ledek Bagas sambil menggoyangkan pipi anak kesayangannya itu.

Chelsea tertawa, “Jangan dibangunin pa. masih jam 5, biarin aja Litha tidur dulu. Ngorok time dia”

Ucapnya sambil barjalan gontai menuju kamar mandi dengan handuk ditangan kirinya.

“Biarin aja ma. Itung itung Litha bantuin papa nyuci mobil wkwk. Litha, boboiboy udah tayang di tv, kamu gak mau nonton nih?”jahil Bagas.

Talitha, balita mungil itu terperangah, “Boboiboy tayangnya siang papa!!!”teriaknya sambil menangis kecil.

Bagas tertawa lebar, “Iya iya, tidur lagi deh. Jangan nangis ya sayang. Kamu cantik banget sih”

Chelsea terpekik mendengar teriakan Talitha Rahman, anak chubby yang sering dipanggil  Litha itu.

“dibilangin juga apa…”

“Mama, kaus kaki Litha mana?”teriak perempuan kecil itu dari lantai atas.

Chelsea yang sedang mengoleskan selai ke roti langsung menjawab, “Tanya sama papa aja Tha. Semalam belanjaannya papa yang letakin”

__

“Papa, kata mama kaus kaki Talitha sama papa ya?”Tanya Talitha pada sang ayah.

“gak ada tuh” Bagas menggeleng dengan kedua tangannya dibelakang.

“Ah, papa boong. Itu ditangan papa apa?”ketus anaknya pada pak Bagas itu.

Bagas tertawa kecil, “Cium papa dulu dong”ujarnya.

Talitha menggeleng cepat, “gak ah, papa bau. Belum mandi, suka jahilin Litha, suka ngerjain Litha sampe nangis. Litha gak mau”tutur si anak jujur.

Bagas mengerucutkan bibirnya, “Litha bandel sih. Cepetan, cium pipi papa aja. Kanan kiri…”rayunya.

Talitha menggeleng, “Litha bilangin mama aja nih” Gadis kecil itu berjalan berlenggak lenggok meninggalkan sang ayah.

“Mama! Papa bandel banget sama Litha. Gak mau ngasih kaus kakinya!”teriak Talitha dari lantai atas kepada sang ibu yang ada dibawah.

Chelsea geleng geleng kepala melihat tingkah anak dan suaminya itu, “papa, kamu jangan jail pa”sahut Chelsea.

“tuh kan, dibilang mama. Cepet kasih sama Litha”paksa balita chubby itu.

Dengan gemas Bagas langsung menggendongnya menuruni tangga menuju tempat sang istri membuat sarapan.

“Papa!! Lepas!!”tukas anak itu sambil melepaskan gendongannya pada sang ayah.

Bagas menurunkan anak kesayangannya itu, “Nih. Papa kan baik, ganteng, cakep, cetar, ketjeh, gak sombong , jadi papa kasih ke kamu deh”tutur Bagas dengan PD maksimalnya.

Chelsea tertawa geli mendengar kePD-an suaminya itu, “Papa PD gila Tha”timpalnya.

Talitha ikut tertawa, “Papa lagi gak sakit kan?”ledeknya.

Bagas membulatkan matanya besar. Dengan cepat ia menggelitiki Talitha dengan gemas.

Chelsea terpekik senang melihat tingkah anak sekaligus suaminya itu.

“Berita satu, akhir akhir ini sering terjadi kasus penculikan terhadap anak usia empat tahun ke atas. Di daerah *xx* seorang ibu telah mengadukan kasus hilangnya sang anak saat berada di mall. Tak hanya di mall dan kawasan bebas orang, tempat lazim penculikan antaranya sekolah. Seperti salah satu ibu korban yang—“

Mata Chelsea beralih ke televisi yang kini menayangkan seputar berita tentang penculikan tersebut.

“Mama jadi takut deh”ucap Chelsea.

Bagas mengangguk, “kamu jangan suka kemana mana yah sayang. Kalo ada yang ajak kamu main atau pergi, jangan mau. Kalo belum dijemput, tunggu mama atau papa ya!”peringat Bagas.

Talitha mengangguk, “kalo pun Litha diculik berarti Litha itu chubby”pamernya sambil menggembungkan kedua pipinya.

“Idihh” Bagas dan Chelsea tertawa geli melihat kePD-an Talitha, yang jelas jelas turun dari ayahnya itu (read: Bagas) :d

__

“Mama, Talitha berangkat sekolah ya” Talitha mencium gemas pipi Chelsea sambil memainkan rambut badaynya.

Chelsea mengangguk sambil tersenyum, “Dadahh sayang. Kamu belajar yang rajin ya!”matanya berkedip sebelah.

Dia mengangguk sambil masuk ke dalam mobil sang ayah.

“Ma, aku pergi ya!” Seketika Bagas datang dengan tangannya yang masih sibuk dengan dasinya. Ia mengecup kening istrinya.

Chelsea mengangguk, “Hati hati ya Gas” Ia mencium punggung tangan Bagas.

__

‘Ma, hari ini kamu yang jemput Litha ya. Papa ada meeting mendadak’

Chelsea manggut manggut ketika mendapat pesan dari Bagas, suaminya itu.

__

“Kayaknya Talitha belum dijemput deh bu, tapi dia udah bawa tasnya. Katanya mau nunggu papanya”tutur sosok perempuan yang menjadi guru di TK Talitha.

“Loh? Kok ibu kasih izin?” Chelsea menjadi sedikit panik.

“Tadi para guru sedang rapat bu. Dan itu tadi temennya yang ngasih tau”ujar Marsha, guru tsb.

Chelsea mendatangi tempat tempat diTK tsb yang sering dikunjungi Litha. Suasana yang sepi dan hanya tinggal beberapa murid lagi yang belum dijemput, membuat Chelsea semakin panik.

“Ibu nyari siapa ya? Kok kayak kebingungan begitu?”

Tiba tiba, segerombolan ibu ibu mendatangi Chelsea yang tengah panic.

“Nyari anak saya bu. Talitha…”tutur Chelsea pelan.

“Talitha? Sepertinya anak saya kenal deh”

“Ada apa Chels?” Seorang perempuan muda mendatanginya juga.

“Talitha… gue gak tau dia kemana. Tapi gue yakin dia disekitar sini…”jawab Chelsea.

Tissa—salah seorang guru sekaligus karib Chelsea—mengangguk.

“Tenang. Talitha gak kemana mana kok. Tadi gue lihat dia” Tissa merogoh ponselnya dan menghubungi seseorang.

Tak lama kemudian, dia berseru pelan, “Talitha di dalam pos satpam. Dia ketakutan nunggu disini tadi enggak ada guru. Jadi yaudah. Kesana yuk!” ajak Tissa sambil menarik tangan Chelsea.

Chelsea menghela nafas lega.

__

Tadi itu hampir loh pa… Kamu sih, bikin mama panik deh”ketus Chelsea semberawutan.

Bagas melirik ke arah Talitha, “Jangan suka begitu Tha. Kamu tunggu aja di kelas. Jangan sampe bikin mama panik terus nangis Bombay ke papa, wkwk”ledek Bagas.

Talitha tertawa kecil.

Chelsea memukul pelan tangan Bagas, “Iss, PD gila”

__

Satnight, 19.30 WIB

“Talitha, kamu udah siap?”teriak Bagas dari kamar mereka ke kamar si anak yang berada tak jauh dari kamarnya.

Talitha tak menyahut, dia asik dengan make up colongan dari meja rias mamanya.

“Talithaaa, kamu liat lipstick mama gak?” Celingak celinguk Chelsea bergontai ke kamar sang anak.

“Yaampun sayang…” Chelsea menggeleng gelengkan kepalanya. Dengan cepat ia mencopot lipstick sekaligus mascara yang tengah dipakai sang anak secara bersamaan.

“Kamu mau ke rumah nenek apa mau kondangan? Waduh berantakan banget Talitha! Kamu jail deh…”dumel Chelsea pada sang anak.

Talitha nyengir kuda. “Talitha gak sengaja mama…” Dengan manja dia memeluk Chelsea.

Chelsea melunak sedikit, “yaudah cepat bersihin muka kamu yang kayak badut sana. Minta bersihin sama papa..” Talitha bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan sang ibu yang sibuk merapikan alat riasnya yang telah dipakainya secara abal-abalan.

__

“Siapa tadi yang ngomel ngomel karena alat riasnya kamu rusakin Thaa? Siapa?”ledek Bagas yang sedang focus pada jalanan sembari melihat ke samping dan belakangnya.

“Yah mamalah. Siapa lagi…”tawa Talitha sambil memainkan rambut sang ibu.

Chelsea hanya diam. Tidak terlalu merespon ledekan Bagas dan tawaan Talitha.

“Mama kalo lagi diem dingin gitu kelihatannya cantik banget kan? Kayak Barbie”imbuh Bagas dengan nada isengnya pada Talitha.

Talitha mengangguk, “Cantik banget. Apalagi anaknya! Widihhh”

Chelsea tertawa kecil melihat kePD-an Talitha. “bapak… anak…  luar biasa PDnyaa, wkwk”

__

Jakarta, 21 Juli

“Beneran nih Gas, tanggal 24 emang ada acara dirumah mama? Cuma mau memperingati anniv pernikahan kita?”Tanya Chelsea membuka topik pembicaraan sambil membolak balik majalah stylishnya.

Bagas yang sedang fokus pada korannya langsung mengangguk. “emang kenapa Chels? Pastilah…”jawabnya speechless.

Chelsea menggeleng, “beneran nih?” Ia menggaruk-garuk tekuknya yang tak gatal.

Bagas mengerutkan keningnya, “Memangnya kenapa sih? Oh, aku tau..” Bagas menarik sudut bibirnya.

“Apa coba?”

“Bajunya kan? Dress kamu udah kekecilan, wkwk”

Chelsea cengengesan, “kamu kok tau sih?”

Bagas tertawa kecil, “kemarin kamu kan udah ngadu ke aku. Yaudah lusa aja kita beli yah!”

Chelsea mengangguk sambil mengedipkan matanya sebelah.

Hening.

Satu…

Dua…

Tiga…

“Mamaaa! Papa! Jdarrrr” Tiba  tiba, perempuan cilik itu datang dengan balon yang dicucuk memakai jarum.

Keduanya langsung terperangah, sedikit salah tingkah.

“Kayaknya kamu tadi udah molor deh. Yaudah ayo mama bacain dongeng!” Dengan cepat Chelsea membopong anak manisnya itu.

“Ganggu aja ahhh Talithaaaa!!”teriak Bagas dalam hati.

__

“Mama, mama tau Keyla gak?” Talitha bersenandung ria sambil berbincang dengan sang ibu seusai pulang sekolah.

Chelsea mengangguk, “iya. Mama tau. memangnya kenapa?”

“Dia hampir diculik loh waktu itu.. talitha aja yang denger merinding. Tapi untungnya selamat. Penculiknya udah ditangkep”tutur Talitha bersemangat.

Chelsea sedikit tersentak, “Kok bisa Tha? Ih, ngeri banget sayang.. kamu jangan kemana mana kalo belum dijemput sama papa atau mama ya…”peringat Chelsea sambil memeluk anaknya dengan erat.

Talitha mengangguk, “pasti kok mam! “

__

 

22 Juli, 16.00

Keluarga kecil itu kini berada di mall terkenal di kota ini. Lebih tepatnya, mereka tengah memilih baju baju sepadan untuk acara 24 Juli lusa. Acara peringatan Ulang tahun pernikahan Chelsea Bagas ke Lima tahun.

“Gak mau. Talitha Cuma mau baju yang itu. Baju pilihan mama jelek ih”komentar Talitha sambil memasang raut wajah tidak sukanya.

Chelsea berusaha meyakinkan Talitha. “Litha, baju itu cantik sih cantik, tapi kekecilan buat kamu. Udah perut kamu buncit ih… agak besaran dikit kaya pilihan mama”tutur Chelsea.

“Engga ih. Talitha langsing, slim. Gak kaya mama, bajunya pada kekecilan semua…”

“Enggak ya. Pokonya baju kamu yang ini aja ya”

“Enggak! Talitha gak mau!”

“Talitha mau cantik pas acara itu kan? Makanya ikut saran mama, sayang”

“Enggak ah. Itu jelek. Is apaan dih…”Talitha melipat kedua tangannya di dada.

Bagas tertawa melihat pertengkaran kecil antara Chelsea dan Talitha. Keduanya yang memang dan sangat disayangnya.

“Udah deh, beli dua duanya aja kok ribet sih”lerainya.

“Sayang loh Pa. lihat deh, kecil banget sama Talitah, kelihatan peruthyaa”argumen Chelsea.

“Gak mau!!!” Talitha melempar baju tersebut. Chelsea menghela nafas beratnya.

“Yaudah, dua duanya aja. Mama ngalah…” Chelsea mengutip baju yang dilempar Talitha tadi dan mengambil baju pilihan Talitha ke dalam tas belanjaan.

__

“Rasa chocolate!!”rengek Talitha menarik narik baju Chelsea.

“kalo cokelat, misalnya tumpah ke baju kamu gimana? Bagusan rasa vanilla atau stroberry aja deh”usul Chelsea.

“pake tissue loh ma. Mama percaya deh sama Talitha. Suer” Talitha menunjukkan kedua jarinya membentuk huruf V.

“Mama gak yakin”

“yah diyakin yakinin dong ma”

Bagas geleng geleng kepala, “beli dua duanya lagi deh~ berantem mulu”

__

“Papa plis… mama… sekali ini doang”pinta Talitha dengan wajah memelas ketika melihat arena bermain di mall ini.

“ini udah jam berapa Litha? Udah malem loh”

“Masih jam 9 mama… ayo kita main main dulu”ajaknya.

Bagas menatap chelsea yang sudah menguap, “yaudah. Cuma 20 menit ya..”ucap Chelsea.

Talitha berseru riang. Ia mulai menjajaki arena bermain ini. Naik komidi putar, mandi bola, dan waktu sedikitpun tak disia-siakan olehnya.

Chelsea terduduk lemas, “kemu capek ya?”Tanya Bagas. Chelsea menggeleng.

“Kita lihat Talitha yuk!”

“udah kamu duduk aja dulu..”

Chelsea menggeleng.

__

Chelsea tersenyum melihat si anak yang sudah terlelap nyenyak dikasur tidurnya.

“ternyata makin besar, Talitha itu makin bawel ya. Mirip kamu Chels…”bisik Bagas.

Chelsea nyengir, “dan ternyata, makin besar, Talitha itu makin sering PD gila. Dan itu bener bener sifat turunan dari kamu …”

Bagas tertawa kecil.

__

“Cincin nikah kemaren masih kamu simpan kan Chels?”Tanya Bagas yang masih sibuk dengan jas kerjanya.

“Ya masih dong” Chelsea membuka kotak dimeja riasnya. Sebuah cincin putih yang dilapisi permata kecil.

“Tanggal 24-nya kita pakai ya sayang! Jaga baik baik. Aku berangkat kerja dulu. Jagain juga Talitha, dia masih ngorok. Dahhh” Bagas mengecup kening sang istri dengan lembut.

Chelsea mengangguk, “siap boss!”

__

Talitha  terdiam melihat barang barang mamanya yang ada dimeja rias.

“Kalo Talitha mainin lagi alat kosmetik mama lagi, pasti mama langsung ngambek. Jadi Talitha main apa? Talitha bosan tau” Dia berpikir-pikir kecil.

“Oh! Talitha  main putri putrian aja kali ya..” Dengan cepat, dia mengobrak-abrik bajunya di lemari.

Sekali pakai, dia seperti putri sungguhan. Cantiknya terwarisi dari setiap lekuk sang ibu.

“Biasanya putri itu pakai mahkota atau perhiasan kan?” Talitha memilah milah sesuatu dimeja rias sang ibu.

“Kotaknya cantik banget yah” Dengan jahil, dia membuka kotak yang berisi sesuatu yang berharga ditanggal 24 nanti.
“Cincinnya cantik banget!!” Talitha memakai cincin tersebut yang kebesaran baginya.

“walaupun kebesaran tapi cocok buat Talitha kan?” Dia berputar putar layaknya putrid sungguhan.

__

Chelsea terbelalak melihat Talitha yang sedang tertidur diatas lantai memakai gaun yang memang dipakai untuk hari H- nanti.

“Talitha!” Dia menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sekali angkat, dia berhasil membopong Talitha ke atas tempat tidurnya.

Ia mencopot baju Talitha lalu menggantikannya kembali dengan yang memang seharusnya Talitha pakai.

“ckck”

__

Night, 23 Juli 20.00

“Semuanya udah kamu siapin Chels?”

Chelsea mengangguk sambil menghairdryer rambutnya yang basah.

“Cincin? Baju?”

Bagas mengecek kotak yang biasa Chelsea simpan cincinnya.

“Udah kamu pindahin ya tempatnya? Gak ada tuh cincinnya”tutur Bagas.

Mata chelsea membulat, “Gak kok. Aku letakin disitu” Chelsea kembali memeriksa kotak tersebut.

“loh kok gak ada?”

Mata Bagas memicing.

“Tadi ada loh Gas. Tadi pagi gak ada aku pegang pegang. Tetap dikotak…”

Dengan panic ia memeriksa seluruh bagian dimeja riasnya.

“itu untuk besok loh Chels… bisa mati kita dibikin mama…”tukas Bagas.

Chelsea terdiam sejenak, “Coba Tanya Talitha…”

Bagas berlari menuju Dapur. Talitha yang sedang bermain piring-piringan.

“Talitha, kamu lihat cincin mama gak?”

Anak chubby itu menggeleng.

“serius loh sayang. Besok mau dipakai…”

Dia menoleh, “beneran loh papa. Papa mau pesan apa? Ada bubur ayam, sate kerang. Apa aja ada…”tutur Talitha acuh.

Bagas menepuk jidadnya.

__

‘Mama, maafin Bagas. Cincinnya hilang ntah kemana…’ketik Bagas pada ponselnya

Chelsea menunduk. “serius aku tadi letakin disitu Gas”

“Kalo kamu letakin, gak mungkin hilang Chelsea!”

“Kamu kok marah marah gitu sih! Tadi itu beneran aku letakin disitu. Gak ada aku pegang  pegang”teriak Chelsea.

“Pake logika Chels, gak mungkin kan Hilang kalau gak ada dipegang pegang…”ujar Bagas tak mau kalah.

Chelsea menjatuhkan semua barang barang yang ada meja riasnya.

“Tapi aku beneran gak ada megang! Gak mungkin tuyul kan?!”

“Terserah kamu deh… udah mama yang nyiapin itu semua, kita tinggal datang dan hanya bawa cincinnya susah banget!” Bagas menatap muak.

“Kamu kok childish banget sih! Dicari dong! Ayo bantuin aku nyari. Jangan ngomel mulu!!”tukas Chelsea. Air matanya mulai turun pelan dipipinya.

Talitha terdiam mendengar pertengkaran hebat kedua orang tuanya. Chelsea dan Bagas mengira dia sudah benaran tidur, caranya agar Talitha tidak ketahuan mendengar pertengkaran kecil ayah ibunya.

“Ini semua salah Talitha!!!”teriak Talitha dalam hatinya.

“Yang childish siapa sih? Gak ada gunanya dicari lagi Chels. Besok loh Hari H-nya. Dan kamu ingat kan, perjanjian waktu nikah dulu?”

Chelsea membiarkan air matanya dengan deras mengalir. “kalau cincin itu hilang, maka cinta itu ikut hilang?”

Bagas mengangguk.

“Gas…”

Bagas membuang mukanya, “udahlah, aku mau tidur. Capek kerja”

__

Talitha merutuk dirinya dalam hati. “Gara gara Talitha, mama sama papa jadi berantem! Iss Talitha kok jadi pikun gini ya?! Semalam Talitha  taroh dimana ya?!”

Talitha melirik kecil sang ibu yang matanya sedikit memerah.

“Mama, mama sakit?”tanyanya.

Chelsea menggeleng, “Kamu pake baju cepat ya sayang…” talitha mengangguk  pelan.

“Pa, boleh gak, Talitha pergi sama mang Usup aja? Mama sama papa duluan ke rumah nenek”tutur Talitha pelan.

Bagas mengerutkan keningnya, “ngapain kamu sama mang Usup? Mang Usup naik ojek loh. Lagian sama mama papa apa susahnya sih?”

Talitha menunduk. “Pokoknya Talitha mau sama Mang Usup! Titik!”teriaknya.

Bagas geleng geleng kepala. “terserah”

__

Talitha menyatukan keduanya tangannya. “Plis mang. Ini semua salah Talitha… plis mamang bantuin Talitha nyari cincin mama…”pintanya pelan.

Mang Usup—satpam terpilih— tidak tega melihat anak majikannya. “Memangnya non letakin dimana? Kok bisa hilang? Acarnya setengah jam lagi loh”tuturnya.

“Kemaren Talita pakai. Talitha kemaren pengen jadi putri. Beneran deh.. mungkin dibawah tempat tidur, karena kemaren Talitha ketiduran juga dilantai”imbuhnya.

Mang Usup mengangguk, “Mamang lihat ya. Kamu ambilin senter gih”

Talitha mengangguk.

__

“Talitha memang pantes kena marah sama mama!!”adu Talitha dengan kepala tertunduk.

Chelsea menatap sang anak. “Udahlah, gak pake cincin juga gak papa kok sayang…”ujar Chelsea.

Talitha menggeleng, “Maafin Talitha ya ma…” Dia memeluk sang ibu dengan rasa menyesal.

Saat dipeluk Talitha, Chelsea merasa ada yang janggal.

“Baju kamu kayak ada keras kerasnya Tha” Dia meraba baju Talitha.

“Ada yang nyangkut Thaa!”

Chelsea melihatnya dengan teliti.

“Cincin!!!”

Talitha membelalak dengan senang, “Mama serius?”

Chelsea mengambil sesuatu yang nyangkut dijaring jaring baju Talitha.

“Aaaa! Ini cincinnya!”teriak Chelsea.

Talitha segera memeluk Chelsea kembali, “Aduh, Talitha senang banget. Janji deh, Talitha gak main main lagi dimeja rias mama. Talitha janji! Tapi mama sama papa jangan berantem lagi ya?”

Chelsea mengangguk sambil mengecup kening sang anak.

__

“Talitha janji deh sama papa. Talitha gak bakal iseng lagi main dimeja rias mama. Papa mau maafin Talitha?”Tanya Talitha.

Bagas diam. Dia terlihat berpikir.

“Gak mau ah. Papa udah keburu kena marah oma duluan…”

Talitha mengerucutkan bibirnya, “pantesan mama bilang, papa itu gak pemaaf orangnya. Gak enak!”tukasnya.

Bagas memicingkan matanya. Menatap tajam sang anak.

Talitha yang ditatap begitu sedikit ketakutan.

.

.

.

“Acaranya udah kelar, dan cincinnya udah ketemu. Apasih yang enggak buat Talitha, anak papa tersayang?”

Talitha menghela nafas lega dan  tersenyum manis, “Talitha udah papa maafin. Mama?”

Chelsea diam ditempat.

Raut wajah Bagas berubah, “Kalo mama ehm—“

.

.

.

.

Bagas jalan mendekati Chelsea, istri yang berusaha membuat yang terbaik baginya.

Perempuan yang sudah dimarahinya semalam.

Perempuan yang sudah menangis karena ulahnya semalam.

Perempuan yang tidak salah apa-apa saat dia menuduh semalam.

Perempuan yang berusaha menjadi yang terbaik baginya.

Perempuan yang selalu ada untuknya.

Perempuan yang selalu sabar menghadapinya.

Perempuan yang SUDAH menemaninya, SELALU menemaninya, dan AKAN SELALU menemaninya melewati dunia hingga akhir hayatnya.

“Would you forgive me dear?”Tanya Bagas.

Chelsea yang tadinya menunduk langsung menatapnya.

“Yes I would  and will always forgive you”balas Chelsea pelan.

CUP~

Bagas mengecup puncak kepala Chelsea.

“Happy Anniversary Dear! I will always love you till death do us part!”

Chelsea tersenyum. “Me too”

Talitha tertawa geli melihat tingkah ayah ibunya, “CIE… Talitha gak dipeluk”

Dengan cepat Bagas menggendong anak semata wayangnya itu. “I love you. Chelsea and you, Talitha”

___ END

 

Tinggalkan komentar